Kamis, 19 Februari 2009

GURU:

MASIH PANTASKAH DIGUGU DAN DITIRU?


Guru itu untuk apa?, Tanya seseorang. Jawab seorang murid, untuk mengajarkan yang dari dulu engkau sudah tahu, untuk menunjukan yang dari dulu engkau sudah lihat. Ketika hal itu mengacaukan pengunjung, si murid menjelaskan, seorang seniman dengan lukisannya mengajarkan aku melihat matahari terbenam, sang guru dengan ajarannya mengajar aku melihat suatu kenyataan setiap saat, sehingga dibenak pikiran selalu teringat apa yang diajarkan selalu terngaung ditelingaku ketika aku ditegur dan diberi nasihat agar menjadi siswa yang patuh dan santun.

1. LATAR BELAKANG.

Guru mengandung dua pengertian yakni digugu dan ditiru, Artinya segala ucapan sang guru dapat dipercaya, dan tingkah lakunya dapat disuriteladani oleh anak didiknya. Akan tetapi, apakah dua nilai luhur itu masih ada sekarang?, Kenyataan menunjukan bahwa para pelajar kurang patuh pada gurunya. Sementara guru sendiri kurang menyadari tugas dan fungsinya yang sedang diembannya. Penyebabnya menurut penulis, adalah dua factor yakni endogen (sikap dan kemampuan)dan factor exogen (perlakuan yang kurang dari masyarakat).

2. HAKIKAT PANGGILAN GURU

Dibanyak negara dan termasuklah Negara kita Indonesia guru mempunyai konotasi elit dibidang ilmu pengetahuan, Kualitas dan peran ideal itulah yang menyebabkan masyarakat menempatkan sebagai tokoh yang diharapkan membuka pandangan, serta masa depan generasi muda suatu bangsa. Dengan perkataan lain, guru merupakan pokok dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Gurulah yang sesungguhnya berada digaris depan, cara mereka mengajar, mendidik, menangani berbagai masalah, menentukan sebagian besar akhir pendidikan.

Ciri-ciri dan dasar guru yang berwibawa ialah disegani, dipercaya dan dipatuhi ( Buchori.M. 1986 ). Wibawa tumbuh dari ketaatan sang guru terhadap nilai-nilai. Pada umumnya guru yang berwibawa memperlihatkan kematangan dalam tiga hal, antara lain:

  1. Mantap dalam kehidupan ilmiah
  2. Mantap dalam kehidupan moralitas
  3. Mantap dalam kehidupan social.

Dari ketiga hal tersebut biasanya sulit bagi seorang guru untuk disegani, dipercaya dan dipatuhi oleh lingkungannya, bila ia nampak lemah, tidak berbobot dalam salah satu dari ketiga aspek kehidupan yang disebutkan diatas. Guru yang hebat pengetahuannya tetapi kedodoran dalam kehidupan moralnya, mungkin akan dikagumi, tetapi tidak akan disegani, guru yang ketat kehidupan moralnya, tetapi miskin ilmunya juga tidak akan dipandang berwibawa. Begitu pula yang oleh masyarakat sekitarnya dipandang asosial dan egostik tidak akan disegani dan dipatuhi, sekalipun ia pintar, berilmu dan cukup tertib dalam kehidupan moralnya.oleh sebab itu wibawa tidak indentik dengan status social.

Hakikat panggilan gurupada dasarnya meliputi tiga tugas pokok yang dapat dijabarkan sebagai :

  1. Tugas professional
  2. Tugas manusiawi
  3. Tugas kemasyarakatan

Tugas professional yakni tugas sehubungan dengan profesinya yang meliputi tugas-tugas mendidik ( untuk mengembangkan kepribadian siswa ),mengajar ( untuk mengembangkan pengetahuan siswa ), melatih ( untuk mengembangkan ketrampilan siswa ),tugas manusiawi merupakan tugasnya sebagai manusia ( Human responsibility ), dalam hal ini guru bertugas mewujudkan dirinya yakni merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya, melakukan auto indentifikasi dan auto untuk bisa menempatkan dirinya dalam keseluruhan kemanusiaan. Tugas ini menolong guru untuk bisa memusatkan seluruh minat dan perhatiannya kepada upaya pembentuk kemanusiaan yang lebih baik ( the formation of better humanity ). Tugas kemasyarakatan ( civic mission ), dalam hal ini guru bertugas membimbing siswa menjadi warga negara yang baik, disinilah guru bertugas sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemajuan.

3. PROFESI GURU DI INDONESIA.

Tak dapat disangkal bahwa jabatan guru telah berusia cukup panjang dinegara kita,meskipun hakikat,latar belakang tugas dan kedudukan sosiologinya telah banyak mengalami perubahan, bahkan ada yang secara terang-terangan mengatakan bahwa sosok guru telah berubah dari tokoh yang digugu dan ditiru ( dipercaya dan dijadikan teladan ) menjadi orang yang wagu dan kuru ( kurang pantas dan kurus ). Ditengah berbagai bidang pekerjaan dalam masyarakat yang semakin terspesialisasikan itu, muncul pula guyonan yang melecehkan profesi guru. Misalnya ada yang mengatakan bahwa bila ada orang yang masih ingin menjadi guru pada masa sekarang ini hampir pasti keputusan itu didasarkan pada factor istilah 3i, yakni; idealisme, ikatan dinas, dan ideot. Yang namanya guru di Indonesia selalu dikategorikan sebagai kelompok elit, alias ekonomi sulit kok,komentar salah seorang guru.

Cerita diatas menggambarkan bahwa selama ini guru di Indonesia memang diperlukan secara kurang taat azas, dalam arti dinyatakan sebagai sosok teramat penting, tetapi tanpa disertai kesediaan untuk menghargainya sebagai mana mestinya. Dengan kata lain, keinginan untuk memprofesionalisasikan jabatan guru masih belum memperoleh pijakan structural yang memadai. Kesejahteraan guru sudah seharusnya diperhatikan dan ditingkatkan, karena dari sudut pandangan manajemen, guru tenaga 1 manusia adalah factor utama dalam proses produksi. Kalau dalam pabrik factor utama yang memproduksi consumer goods adalah money dan machine, maka dalam tiap proses pendidikan factor utamnya adalah man ( manusia ), mengapa kesejahteraan hidup para guru harus diperbaiki ?,Karena guru sekualitas apapun, kalau basis ekonominya masih kacau, akan berimbas pada aktivitas keintelektualan, moral dan social yang dituntut pada dirinya.Dari hal tersebut guru sebagai penyalur antara kesuksesan dan sumber daya, guru sebagai spesialis sumber-sumber masyarakat dan guru sebagai mitra orang tua para didik.

4. FONDASI GURU YANG SUKSES ( ADA 10 )

Setiap orang pasti ingin sukses, tetapi setiap orang pun pasti mempunyai persepsi sendiri tentang sukses, bahkan sama-sama guru mempunyai persepsi atau gambaran yang berbeda tentang sukses. Apa yang membuat mereka berbeda ialah cita-cita atau impian mereka, namun demikian setiap orang pasti sepakat bahwa ternyata suatu kesuksesan ditentukan oleh factor-faktor antara lain:

adanya suatu cita-cita ( impian ),Mau kerja keras, Berpikir secara logis, Komitmen, Semangat

Dalam hal ini, siapapun orangnya, bukan saja guru mau perpegang pada pondasi hidup sukses, akan mengalami perubahan besar dalam kehidupan pribadi maupun dalam profesinya.

Dengan dilatar belakangi oleh factor-faktor menuju kesuksesan ada 10 fondasi kesuksesan guru antara lain: 1.Mempunyai cita-cita atau impian, 2. Menyadari dan bertanggung jawab tentang jati dirinya, 3. Commitment, 4. Bekerja dalam tim, 5. Bekerja berdasarkan rencana, 6. Skala prioritas, 7. Empati dan Altruisme, 8. Keterbukaan terhadap gagasan baru, 9. Semangat kerja keras, 10. Jangan Cuma jadi penonton.

Tidak ada komentar: